Rabu, 21 September 2011

Mendiknas Akan Potong Budaya Kekerasan SMU 6 & SMU 70

Ramdhania El Hida - detikNew


Jakarta - Budaya kekerasan antar dua sekolah di kawasan Blok M, SMU 6 dan SMU 70 akan diupayakan distop. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) tengah mencari cara jitu agar kedua sekolah itu bisa hidup damai berdampingan.

"Kami juga sudah menugaskan Dirjen Pendidikan Menengah yang mengurusi SMP dan SMA untuk ketemu dengan pimpinan dan keluarga SMU 6, komite dan sebagainya. Ada apa sih ini senangnya tengkaran termasuk dengann SMA sebelahnya. Kalau hobi, kenapa hobinya itu? Enggak bisa energi tengkarannya itu digeser menjadi energi kolaboratif. Ini yang harus kita dorong," kata Mendiknas M Nuh di Grand Ball Room, Hotel Kempinski di Jl MH Thamrin, Jakarta, Rabu (21/9/2011).

Diketahui awal mula keributan wartawan berawal dari peliputan bentrokan antara SMU 6 vs SMU 70. Saat itu wartawan yang meliput mengalami kekerasan. Nah hal ini yang mendorong terjadinya kekerasan lanjutan antara wartawan vs SMU 6.

M Nuh juga heran dengan tradisi kekerasan antara kedua sekolah itu yang terus berulang. "Itu dia, anaknya kan setiap tahun ganti, masuk keluar, tapi kenapa tradisi itu ada? Tandanya ada proses pembudayaan, ini yang harus dipotong. Tidak boleh mewarisi yang sekarang, sekolah mewarisi budaya tengkaran dengan adiknya yang baru masuk. Jadi harus ada pemotongan," imbuhnya.

Karena itu, lanjut Nuh, budaya tradisi yang mengarah ke arah kekerasan harus dipotong. "Cara motongnya yang paling gampang, yaitu proses budaya sekolah harus dibangun, yang melepaskan budaya kasar-kasaran, keras-kerasan," tuturnya.

Nuh pun menawarkan solusi melalui olahraga. Misalnya energi mereka untuk bersaing bisa disalurkan dengan kompetisi sepakbola atau catur.

"Kalau budaya tengkar maka juga tengkar, kompetisi catur, lomba-lomba keilmuwan, tapi kalau budaya tengkar maka tengkar. Kalau budaya tengkar sudah hilang diganti budaya sportivitas, mau pakai ekskul tinju atau apa pun pasti bakal sportif. Ini tidak boleh berhenti tidak hanya SMA 6 atau 70 tapi seluruh masyarakat pendidikan. Saya ajak rekan-rekan media untuk memperkecil kemungkinan terjadinya," tuturnya.